Rabu, 08 Oktober 2014

Latihan Menjadi Anggota DPR

Rabu, 8 Oktober 2014, pukul 13.00 WITA si writer dengan tidak semangat pergi ke Kampus Merah (Universitas Hasanuddin). Terik matahari kota Makassar sudah tidak terlalu terasa menyengat karena sudah terbiasa. Sesampainya di sana, si writer diajakin temennya untuk mengikuti seminar.

"Bro, ayo ke seminar, bisa dapatki flashdisk gratis." kata temen writer, Made Ari Wibawa, dengan logat Paloponya.

Karena flashdisk 16 gigabyte si writer hilang, jadi dengan penuh semangat dia menuju ke tempat seminar. Motivasi selain mendapatkan flashdisk gratis, writer juga berharap mendapat makan siang gratis karena belum makan.

Gedung Rektorat Lantai 2, diadakan Seminar Sosialisasi: Peranan LPS dalam Stabilitas Sistem Keuangan. LPS sendiri yaitu Lembaga Penjamin Simpanan.

Kali ini bukan soal isi seminar yang writer bahas, melainkan 'berpura-pura' menjadi anggota DPR RI. Kita semua tahu kelakuan anggota DPR RI di Senayan sana pada saat rapat. Ribut, ricuh, gila, seperti anak TK. Belum lagi ada suara-suara sumbang atau nyanyi-nyanyian atau pun suara 'hidup rakyat'. Si writer tidak terlalu yakin juga semua anggota DPR itu mementingkan rakyat, mungkin mereka hanya mementingkan diri dan keluarga mereka sendiri.

Ada sebuah lelucon (bacanya: kritikan) kira-kira seperti ini:
Guru: Anak-anak, jika ada 250 anggota DPR naik pesawat lalu jatuh terbakar dan hancur, berapa orang yang selamat ?
Murid: 250 juta Rakyat Indonesia !

Dengan wajah serius dan memegang microphone, dia berteriak "Pimpinan sidang, interupsi pimpinan !". Padahal suaranya kecil dan mic-nya tidak menyala. Temen si writer, Made, sepanjang seminar yang berlangsung 2 jam, dia dengan penuh semangat berpura-pura atau latihan menjadi anggota DPR RI seperti yang ada di TV. Dia mengakui 'suka' menonton rapat-rapat anggota DPR RI. Mungkin karena aneh dan hancurnya rapat di Gedung DPR itu, banyak orang suka. Termasuk juga si writer.

"Pimpinan sidang, interupsi pimpinan"
"Hidup rakyat"
"Rakyat Indonesia tahu yang mana membela rakyat"
"Kenapa mic saya di matikan pimpinan"

Kira-kira seperti itulah suara-suara sumbang. Padahal sewaktu itu ada orang yang sedang bicara, lalu suara sumbang terdengar. Si writer bisa memastikan banyak (pasti ada) anggota DPR RI yang tidak menghargai pendapat orang lain. Kalau suatu hari nanti si writer jadi anggota DPR, lalu banyak anggota DPR yang ribut dan ricuh, si writer akan berteriak, "WOI RIBUT ! SUDAH MALAM INI, CEPAT SELESAIKAN RAPAT INI !" Si writer dijamin marah lihat anggota DPR yang terkesan jauh dari sopan, santun, dan beradab.

Jadi kesimpulannya, "Jadilah anggota DPR yang baik, jangan korupsi, perjuangkan rakyat Indonesia"

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar